A.
LATAR
BELAKANG
Dari mata turun ke hati. Peribahasa yang seringkali
kita dengar tersebut, bukan melulu identik dengan anak muda yang sedang dilanda
jatuh hati terhadap seseorang yang diidamkannya. Pun ketika kita berbicara
mengenai pencitraan, tampilan visual yang menarik diimbangi dengan narasi yang
asik terbukti mampu menarik perhatian (dalam tanda petik) “calon pembeli” yang
dituju. Masih segar diingatan kita event lima tahunan sekali yaitu Pemilu yang
belum lama ini kita lalui, memberi gambaran riil betapa image yang dibangun sangat
menentukan hasil politiknya. Tentu saja pencitraan disini bukan kemudian ikut meng-copypaste-kan strategi para
politisi, yang menutup keburukan dengan seolah-olah menjadi malaikat di tengah
masyarakat karena ada kepentingan tertentu, bukan itu. Namun, contoh tersebut diharapkan
dapat sedikit menjelaskan bahwa, kesan pertama yang ditangkap seseorang
mengambil peranan penting ketika nantinya akan mempertimbangkan suatu keputusan
tertentu. Jarang sekali seseorang melirik sesuatu yang awalnya saja sudah tidak
menarik. Termasuk disini perihal mencarikan sekolah bagi anak.
Bagi sebagian orang tua, menitipkan putra-putrinya di
sekolah-sekolah negeri adalah idaman. Entah benar-benar output yang baik atau
sekedar iming-iming tanpa biaya yang menjadikannya favorit. Standar nilai
akademik yang tinggi tentu saja kemudian dijadikan kriteria untuk menyaring
para calon siswa-siswi yang berharap besar bisa masuk. Diantara hegemoni
sekolah favorit yang sibuk mencari anak-anak pintar tersebut, SMP Muhammadiyah
4 Yogyakarta adalah salah satu sekolah yang mengedepankan IT dan fokus terhadap
kecerdasan akhlak para peserta didiknya. Mengimbangi pesatnya kemajuan
teknologi sekarang ini, ketika kapanpun, dimanapun dan siapapun bisa mengakses,
diperlukan keintiman atau ketlatenan lebih untuk membina para peserta didik agar
cerdas dan kuat dari segi akhlak. Mendidik dan mengajar supaya anak meraih
nilai yang tinggi pada dasarnya adalah hakekat setiap sekolah itu sendiri,
namun tidak semua sekolah mampu secara “gemati” membekali siswa dengan
dasar-dasar akhlak baik yang kemudian menjadikan si anak secara mandiri mampu
memilah sendiri mana yang baik dan mana buruk. Oleh karena itu sepakat apabila “kecerdasan
akhlak” sangatlah penting.
Agar tidak semakin tertutup dan tertinggal oleh
nama-nama sekolah yang sudah popular, membangun citra sekolah yang menarik dan
memikat hati, menjadi wajib dilakukan. Ada berbagai macam cara, salah satunya
adalah dengan memanfaatkan dan mengembangkan media yang ada. Langkah pertama
yang bisa dimulai, diantaranya adalah dengan mengerjakan secara serius,
mengolah sampai matang dan membangun management yang tertata rapi semua hal
yang berkaitan dengan media visualisasi. Tujuannya sederhana, minimal agar
masyarakat luas lebih mudah melihat, memberikan kesan yang menyenangkan saat mengenal
dan memantapkan hati agar tidak salah pilih.
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
1.
Media yang belum diberdayakan secara maksimal
2.
Upaya branding yang mainstream, dan terkesan digarap seadanya
3.
Kemasan yang kurang meyakinkan
4.
Adanya peluang untuk menjadi lebih menarik
5.
Metode yang perlu diperbaharui
C.
TUJUAN
1.
Memanfaatkan, mengembangkan dan memaksimalkan potensi media yang ada
2.
Proses produksi yang dikerjakan secara matang dan serius
3.
Membangun management yang tertata rapi
4.
Memberikan akses untuk mempermudah masyarakat umum yang ingin mencari
informasi tentang sekolah, dan
5.
Menghidupkan suasana, menumbuhkan ketertarikan dan memberikan kesan yang
menyenangkan pada sekolah.
D.
PROGRAM
KERJA
Diakui atau tidak diakui, segala bentuk proses
kreatif dalam upaya pemanfaatan dan pengembangan media adalah suatu pekerjaan. Dibutuhkan
waktu yang lapang, tenaga ekstra dan pemikiran yang visioner untuk menghasilkan
sebuah karya yang tidak menjemukan. Terlebih lagi, ketika media tersebut
sengaja dilibatkan dalam menunjang kesuksesan program besar yang berjangka
pendek maupun panjang. Konsep yang matang dan tertata rapi, adalah prinsip
dasar yang menjadi salah satu dari sekian tolak ukur sukses atau tidaknya suatu
program ketika nantinya dievaluasi.
Dalam hal ini, kami membagi dalam 2 pekerjaan
utama, yaitu dokumentasi dan publikasi. Sengaja kali ini untuk definisi kedua
hal tersebut diambil dari internet, dan pengertiannya adalah sebagai berikut :
Dokumetasi
Dokumetasi adalah istilah bentukan dari kata
dokumen. Dengan demikian selalu ada keterkaitan antara dokumen dan dokumentasi.
Dokumen bisa disebut sebagai kumpulan data yang konkrit dan didapatkan
berdasarkan proses system pengelolaan tertentu. Dokumen bisa juga diartikan
sesuatu yang tertulis atau tercetak dan segala benda yang memiliki keterangan
dipilih untuk dikumpulkan, disusun, disediakan, atau disebarkan. Dengan
demikian, dokumen bisa disimpulkan sebagai segala hal, baik berupa benda, data,
gambar, ataupun tulisan, yang dipakai sebagai bukti dan tentunya bisa memberikan
keterangan yang penting. Dari keberadaan dokumen itulah maka muncul istilah
dokumentasi. Dokumentasi adalah sebuah proses pengumpulan data yang sistematis hingga
data tersebut dikelola dan menghasilkan dokumen. Tujuan dilakukannya proses
dokumentasi itu adalah untuk mendapatkan semua dokumen yang diperlukan dan
hal-hal yang membuktikan ada suatu kegiatan atau benda yang bisa
didokumentasikan. Jadi, dokumen tak akan bisa berproses bila tidak akan bisa
tertata rapi dan terjaga bila tidak ada proses dokumentasi. (http://dilihatya.com)
Publikasi
Publikasi adalah adalah
membuat konten
yang diperuntukkan bagi publik atau umum. Sementara penggunaan yang lebih
spesifik dapat bervariasi dimasing-masing keperluan, biasanya diterapkan untuk teks,
gambar,
atau konten
audio visual
lainnya di media
apapun, termasuk kertas (seperti surat
kabar, majalah,
katalog,
dll) atau bentuk penerbitan elektronik
seperti situs, buku elektronik, CD, dan MP3. Kata publikasi berarti tindakan penerbitan, dan juga mengacu pada
setiap salinan. Publikasi
merupakan suatu kegiatan dimana seseorang atau kelompok mengumumkan hasil dari dokumentasi,
penelitian, diskusi atau suatu hal yang perlu untuk diketahui oleh publik.
Tingkat perlu tidaknya sebuah publikasi dilakukan tergantung dari masalah
dan pemecahan yang dihasilkan dari apa yang akan dipublikasikan. (http://fairulyazi.blogspot.com)
Dengan
demikian jelas sudah, dokumentasi maupun publikasi merupakan satu kesatuan proses
yang tak terpisahkan, oleh karena itu akan menjadi sulit ketika kedua hal
tersebut harus dikategorikan menjadi dua bentuk program yang berbeda.
Adapun beberapa program kerja yang kami coba ajukan, antara lain :
1.
Potret Apa Saja (Dokumentasi Sekolah)
Setiap moment sangatlah berharga. Tidak perduli itu moment bahagia,
sedih, marah, galau, bahkan memalukan sekalipun. Kejadian tak terduga, kelakuan
yang apa adanya dengan ekspresi natural, dan semua moment yang ditangkap secara
tidak sengaja, ketika nanti dibuka kembali bersama orang-orang terkasih,
kesemuanya itu akan menjadi suatu kenangan manis yang tidak mungkin mudah untuk
dilupakan. Masa-masa sekolah adalah tahap yang harus dilalui oleh setiap orang,
disana ada tawa, canda serta perjuangan panjang untuk terus belajar dan menempa
diri. Oleh karena itu sekolah merupakan salah satu bagian terpenting dalam fase
kehidupan seseorang, dan tidak salah apabila banyak orang menyebut, masa-masa
sekolah adalah masa yang paling indah. Untuk menangkap dan kemudian mampu
menghadirkan kembali kenangan indah di masa-masa sekolah tersebut, kami coba
menata dan mengolah dengan konsep sebagai berikut :
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Guru
-
Karyawan
-
Lingkungan sekolah
b.
Waktu
-
Setiap hari (waktu jam sekolah)
c.
Tempat
-
Sekolah
-
Menyesuaikan
d.
Media
-
Kamera
-
Komputer
-
Internet
e.
Metode
-
Camera Always in Hand
-
Candid
f.
Deskripsi Kegiatan :
-
Mengabadikan secara sengaja, setiap moment yang dilakukan secara tidak
sengaja oleh objek/ sasaran
-
Mendokumentasikan dengan foto/ video setiap hal yang dirasa menarik
-
Mengelola penggunaan file dokumetasi
-
Menyimpan, menata, dan merapikan file dokumentasi yang telah didapat
-
Mengolah, mengedit dan mempercantik bahan ketika akan di publish
2.
Video Kegiatan Sekolah
Sekolah bukan semata-mata tempat penyelenggara pembelajaran klasik,
dimana hanya terdapat kegiatan semacam guru yang mengajar dan si murid
menyimak. Banyak sekali kegiatan yang menunjang belajar siswa, baik secara
formal maupun non formal. Kita ambil salah satu contoh ketika akhir semester
tiba, rutin tiap tahun sekali bahkan dua kali, diadakan classmeeting. Saat
berlangsungnya kegiatan tersebut, banyak orang terlibat dalam satu situasi.
Tentu saja moment kebersamaan ini rugi apabila dilewatkan dan tidak diabadikan.
Berlatar belakang alasan tersebut, kami coba menggarap kegiatan-kegiatan
semacam classmeeting ini menjadi satu kemasan yang sederhana nan menarik, yaitu
berbentuk video. Siapa tau ketika kegiatan-kegiatan sekolah tersebut berhasil
di dokumentasikan dalam bentuk video, yang kemudian di publish ke masyarakat
umum, dimana setiap orang dapat menyaksikan peristiwa yang terjadi, secara
tidak langsung kesemuanya itu sudah menjadi sebuah portofolio, gambaran singkat
tentang keadaan sekolah. Menyadari bahwa video adalah salah satu metode atau
sebagai sarana untuk menarik lebih banyak lagi kalangan, untuk itu kami coba
mengolah dengan konsep sebagai berikut :
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Guru
-
Karyawan
-
Masyarakat sekitar
-
Kegiatan sekolah
b.
Waktu
-
Menyesuaikan (Kegiatan Sekolah)
c.
Tempat
-
Menyesuaikan
d.
Media
-
Kamera
-
Tripod
-
Komputer
-
Hardisk Eksternal
-
Internet
e.
Metode
-
“Biarkan video yang berbicara”
f.
Deskripsi Kegiatan :
-
Berburu foto/ video saat berlangsungnya kegiatan
-
Mengambil moment yang dirasa penting dan menarik
-
Memindah file dari kamera untuk menyimpan foto/ video yang berhasil
didapat
-
Mengolah file mentah yang masih berupa foto/ video pendek menjadi sebuah
rangkaian cerita
-
Mengunggah ke media sosial
3.
Pembuatan Media Pembelajaran
Proses belajar yang monoton membuat siswa kurang antusias dan arahnya
mudah ditebak. Jika yang terjadi hanya begitu-begitu saja, pelajaran yang
diberikanpun seakan hanya kemudian lewat begitu saja. Ibarat kita makan, ketika
disajikan makanan yang itu-itu saja pasti rasa bosanpun tiba. Diperlukan
inisiatif yang berbeda. Salah satu yang bisa dicoba, adalah menggunakan video
sebagai media pembelajaran. Selain membantu menutupi ketika si guru kurang
mengusai materi, ada kalanya video juga mampu membuat siswa ketawa-ketiwi.
Sekarang ini mudah sekali untuk mendapatkan video-video pembelajaran sesuai
yang dikehendaki. Internet bagaikan surga bagi guru-guru yang jeli untuk
mencari.
Tidak ada salahnya ketika mencoba untuk tidak menjadi konsumtif, atau
hanya mengandalkan video-video yang didapat dari orang lain. Ketika mampu memproduksi
video pembelajaran secara mandiri, selain dibuat untuk kepentingan
sendiri, juga bisa untuk dibagi kepada
rekan-rekan sesama satu rumpun pelajaran.Salah satu contoh, mata pelajaran PAI
membuat video cara memandikan jenazah, atau Olah raga membuat video tentang rol
depan-belakang, dan lain sebagainya. Disini kami menawarkan diri coba untuk
membantu bapak ibu guru bilamana ingin membuat video pembelajaran sendiri,
dengan konsep sebagai berikut:
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Guru
b.
Waktu
-
Menyesuaikan
c.
Tempat
-
Sekolah
d.
Media
-
Kamera
-
Tripod
-
Komputer
-
Hardisk Eksternal
-
Internet
e.
Metode
-
Tutorial
f.
Deskripsi Kegiatan :
-
Koordinasi dengan guru yang bersangkutan
-
Mempersiapkan materi/ isi video
-
Mengambil foto/ video sesuai kebutuhan materi
-
Memindah file dari kamera untuk menyimpan foto/ video
-
Mengolah/ mengedit/ memasak file mentah menjadi video pembelajaran yang
matang
-
Mengkonsultasikan hasil video bersama guru
-
Mengunggah ke Internet
4.
Pengelolaan Web Sekolah & Pemanfaatan Sosial Media
Web dan akun sosial media merupakan alamat sekaligus wajah “si pemilik
rumah”. Segala informasi dapat dibagi, baik berupa artikel, berita terbaru,
foto/ video, menjadi tempat ngobrol, arena adu argument, bahkan tak jarang yang
memanfaatkan untuk menggelar lapak dagangan. Gejala/ Trend yang sekarang ini
adalah timbulnya ketergantungan pada mesin pencari semacam google, untuk
mengganti rasa malas berkunjung langsung ke tempat ataupun sekedar bertanya
pada orang lain. Mereka ingin mencari tau sendiri segala informasi yang
sekiranya dibutuhkan. Internet memang bak mukjizat yang datang untuk
mempermudah akses, mendekatkan yang jauh dan membantu peran guru sebagai
narasumber pengetahuan. Oleh karena itu, berkaitan dengan segala macam yang ada
dalam ruang lingkup sekolah, internet akan sangat membantu.
Secara rutin web dan media sosial perlu disegarkan. Akan sangat malu
sekali apabila informasi lama sekali tidak segera di update. Padahal banyak
sekali hal menarik yang bisa dibagi. Namun, disini kreatifitas sangat
dibutuhkan, karena dengan isi materi posting yang menggelitik, ditambah visual
gambar yang menarik, diharapkan mampu memikat para pencari informasi. Untuk
mengisi dan mencegah terjadinya kekosongan berita baik di web maupun sosial
media, kami mencoba mengelola dengan konsep sebagai berikut :
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Guru
-
Karyawan
-
Berita sekolah terbaru
-
Hal-hal unik dan menarik di sekitar sekolah
b.
Waktu
-
Menyesuaikan
c.
Tempat
-
Sekolah
d.
Media
-
Kamera
-
Komputer
-
Internet
e.
Metode
-
“Eksis Abis”
f.
Deskripsi Kegiatan :
-
Membuat akun sosial media
-
Menjadi Admin
-
Mengelola berita yang masuk dan yang akan keluar
-
Menyusun/ mengolah/ mengedit/ memasak materi berita
-
Mem-publish berita
-
Memberikan layanan konsumen yang baik
-
Menampung segala masukan, kritik dan saran
5.
Pengembangan Model-model Marketing
Menjamurnya berbagai macam aplikasi yang berbasis Android/ IOS/ Windows
sekarang ini, adalah wujud semakin pesatnya kemajuan teknologi dalam membantu
aktivitas manusia yang mengiginkan segalanya menjadi lebih efisien. Aplikasi-aplikasi
tersebut, terbagi menjadi berbagai macam-macam ragamnya. Baik itu yang
bermanfaat sebagai ajang berbagi artikel/ tulisan/ pemikiran/ portal berita
melalui Web, ataupun yang gratisan seperti Wordpress dan Blogspot. Ada pula
aplikasi yang membantu untuk mencari lokasi semacam Google Earth/ Google Map.
Ketika diluar, kemudian ingin mengisi waktu luang untuk menambah amalan pun
kini tersedia aplikasi Al-qur’an yang tinggal unduh secara grtatis di AppStore.
Bahkan kini kita dapat dibuat pusing untuk memilih, ada berbagai macam aplikasi
yang bermanfaat untuk jejaring sosial semacam Facebook, Twitter, Instagram,
Path dan sampai yang paling terbaru yaitu Secret.
Tanpa bermaksud sedikitpun untuk mengesampingkan peran kebudayaan agung
Jawa yang mengajarkan salah satu falsafahnya yaitu tentang ilmu “srawung”, alangkah
lebih baiknya apabila berbagai macam aplikasi tersebut ditujukan hanya untuk
membantu mengembangkan pola komunikasi agar lebih intens, karena memang tidak
dapat dipungkiri pula, kini teknologi sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia.
Masih berkaitan dengan pola komunikasi, ketika berbicara mengenai dunia
marketing sekolah, tentu saja teknologi harus dimanfaatkan sebagai salah satu
media partner. Teknik/ model marketing yang sudah usang seperti membagikan
kalender ataupun brosur, bukan kemudian dihentikan namun perlu dikembangkan.
Untuk itu, agar dapat semakin melebarkan sayap, tentunya dengan teknik
marketing yang lebih hemat dan efisien, kami mencoba mengajukan program
pengembangan model-model marketing dengan konsep sebagai berikut :
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Masyarakat umum
b.
Waktu
-
Menyesuaikan
c.
Media
-
Komputer
-
Internet
d.
Metode
-
“Anti Mainstream”
e.
Deskripsi Kegiatan :
-
Mencari ide-ide segar yang berkaitan dengan marketing
-
Mengadakan kegiatan/ event/ lomba yang pada hal aslinya merupakan bagian
dari metode marketing
(
Contoh : Lomba Desain Logo Citizen Branding Mupat )
-
Membuat/ menyebarkan keyword yang mudah ditemukan di search engine
-
Memperbanyak/ memperluas jaringan di media sosial
6.
Mewadahi Apresiasi, Ekspresi dan Kreatifitas Siswa, Guru dan Karyawan
Bebas berekspresi, menggelar apresiasi seni atau mengeksplor kreatifitas
adalah hak setiap insan. Akan terjadi kejenuhan ketika hasrat tersebut tidak
ada yang mewadahi atau terlalu banyak dibatasi. Tapi dengan pemahaman akan satu
hal yang perlu digaris bawahi, bahwa kebebasan/ kemerdekaan yang hakiki
adalah pengetahuan tentang batas. Kita perlu paham terlebih dahulu batas/ ketentuan
mana yang tidak boleh dilanggar dan mana yang dipersilahkan. Setelah kita
pahami konsep itu barulah kebebasan yang mengatasnamakan seni tersebut, menjadi
syah untuk dilakukan.
Pun begitu ketika kebebasan berekspresi coba diterapkan di sekolah, jelas
tidak semua bentuk kreatifitas dapat di aplikasikan. Ada semacam nilai-nilai
yang perlu secara utuh harus dijaga, sebagai contoh bentuk ekspresi semisal
vandal jelas merusak keindahan dan sama sekali tidak ada manfaatnya. Kemudian,
sebagai sarana menyeleksi, mewadahi, dan menangkap berbagai macam ekspresi/
kreatifitas seni yang muncul dari semua civitas sekolah, perlu adanya lembaga
yang mampu menampung kegelisahan
tersebut, sekaligus diharapkan dapat mengembangkan menjadi sesuatu yang
membanggakan. Untuk itu kami mencoba mewadahi kesemuanya itu dengan konsep
sebagai berikut :
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Guru
-
Karyawan
b.
Waktu
-
Menyesuaikan
c.
Tempat
-
Sekolah
d.
Media
-
Kopi, cemilan dan obrolan santai
-
Komputer
-
Internet
e.
Metode
-
“Kreatif itu kreatif”
f.
Deskripsi Kegiatan :
-
Menampung segala ide yang masuk
-
Membentuk tim kreatif sekolah
-
Menerapkan ide segar yang masuk menjadi sebuah hal menarik. Tujuannya
simpel, hanya untuk sekedar menghangatkan suasana.
(
Contoh : Membuat memme yang bertema sekolah kemudian dipasang di BBM agar ramai
dan dipakai banyak orang )
-
Menciptakan desain-desain visual yang membangun
(
Contoh : Membuat Poster ).
7.
Membentuk Kelas Film
Menonton Film memberikan pengalaman yang amat mengasikkan. Film mampu
menyihir dan membuat orang tertahan. Setidaknya dengan menonton film yang
berkualitas, sedikit mampu menepikan segala beban yang ada. Film juga merupakan
penjelmaan terpadu antara berbagai unsur yakni sastra, teater/ drama, seni rupa
(desain & fotografi), dengan teknologi canggih dan modern dalam proses
produksinya. Jadi jelas tidak mudah untuk menghasilkan sebuah film yang
bernar-benar bermutu.
Sebagai salah satu pecinta sinematografi, sesuai dengan pengalaman yang
sudah dirasakan, kami percaya bahwa film mampu memberikan doktrin-doktrin
positif kepada seseorang. Asal mampu menyerap pesan yang disampaikan dan
mengambil hikmah yang terkandung didalam setiap alur cerita yang tergambar
dalam film tersebut. Yang kemudian menjadi PR adalah, bagaimana menyaring mana
film yang layak ditonton dan mana yang tidak.
Film juga mampu ketika dihadapkan menjadi salah satu media yang
memancing, menumbuhkan dan semakin menghangatkan kebersamaan. Tidak terkecuali
di sekolah, baik antara guru dengan murid/ guru dengan guru/ murid dengan
murid. Fasilitas LCD Projector dan ruangan ber-AC yang ada disetiap kelas,
sangat menggiurkan untuk bisa dimanfaatkan jika ingin mengadakan kegiatan
semacam Nonton Bareng. Bermula dari sekedar hobi nonton, kami berharap nantinya
bisa membuat sebuah film, walaupun masih dalam taraf yang singkat dan
sederhana. Untuk itu kami mencoba menerapkan dalam sebuah konsep sebagai
berikut :
a.
Objek/ sasaran
-
Siswa
-
Guru
-
Karyawan
b.
Waktu
-
Menyesuaikan
c.
Tempat
-
Ruang Kelas
d.
Media
-
LCD Projector
-
Leptop/ Komputer
-
Screen board
e.
Metode
-
“Indahnya Kebersamaan”
f.
Deskripsi Kegiatan :
-
Menjaring antusiasme
-
Membentuk kelas film
-
Mengadakan Acara Nonton Bareng
-
Menyisipkan diskusi film
-
Belajar sinematografi
-
Produksi film pendek
E.
PENUTUP
Proposal program kerja ini disusun, disamping
merupakan seperangkat ketentuan sebagai acuan dasar dan pedoman pelaksanaan kerja,
juga merupakan bahan untuk dipertimbangkan dalam menjalin kerjasama serta
dukungan dari berbagai pihak.
Kiranya dapat kita pahami bahwa tanpa dukungan yang
mengalir, program kerja diatas tidak dapat terwujud. Untuk itu pada kesempatan
ini kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah dan akan berpartisipasi dalam menyukseskan
program-program yang kami rencanakan.
Akhirnya semoga program kerja “Mupat Media Center”
SMP Muhammadiyah 4 Yogyakarta ini dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat
bagi kita semua.
Aamiin..
Yogyakarta, 31 Maret 2015
Kepala Sekolah, Administrator,
NBM 821 578 NBM 1161 887
Komentar
Posting Komentar