Setelah duduk dan mengatur posisi senyaman mungkin, saya lirik arah lcd tv sedang diputar video dangdut dalam sebuah hajat pernikahan yang menampilkan pengantin perempuannya sendiri selaku penabuh ketipung. Ini menarik sekali bagi saya, baru kali ini ada pasangan seaktratif ini. Sayang tidak saya ingat-ingat siapa dan dimana acara tersebut berlangsung. Saking asik ada herannya.
Selesai lagu tersebut dinyanyikan, berganti sebuah video berlatar panggung juga. Perasaan saya mulai tidak enak karena diawal sudah ada pemandangan berupa semprotan semacam busa-busa. Apa-apaan ini, batin saya. Dan betul, setelah musik mulai masuk, terlihat orang-orang didepan panggung langsung jingkrak-jingkrak, atau minimal manggut-manggut-lah sambil tanggannya diangkat keatas. Fakk.. ini sih acara musik dugem dengan kearifan lokal, karena diadakan di panggung sederhana dan bukan dalam diskotik. Kalau capek bisa istirahat sebentar sambil pesan wedang jahe susu di angkringan. Hihihi
Melihat keadaan tersebut, saya putuskan untuk mengambil headset dan buka Spotify; karena tidak mau repot jadi saya teruskan saja playlist semalam sebelum tidur. Kok ya ndilalah, ada lagu Bulls on Parade dari RATM yang belum selesai diputar. Nah ini baru namanya lagu ajep-ajep. Biar nadanya sama-sama enak buat manggut-manggut, tapi ini lebih skillfull, lebih sekut, dan yang jelas lebih lakik. Wkkwk
Tiba di daerah Delanggu, bis Sumber Slamet yang saya tumpangi masih melaju kencang. Terlihat dari arah belakang, ada seorang perempuan yang menyalip dengan sama kencangnya. Ini berlangsung berkali-kali seakan ia sengaja menantang balap. Padahal semua orang tahu, bis ini terkenal liar di jalanan.
Yang membuat saya semakin tidak habis fikir, ia menarik gas dengan tangan terbalik. Maksud saya telapak tangan yang menggenggam setang motor dengan posisi menghadap keatas. Saya tidak tahu apakah itu nyaman dilakukan, karena ini dalam keadaan ngebut dan yang sering saya lihat justru cara tersebut biasa dilakukan oleh perempuan-perempuan yang sedikit kemayu.
Saya melihatnya seperti ada dualitas yang berlangsung dalam satu waktu, persis seperti saat menonton adegan dalam film Ironman yang sedang terbang. Satu sisi ia tampil begitu keren, gagah, dan macho mengenakan kostum superheronya yang canggih, tapi di saat yang sama, ada pula kesan fiminim dari caranya terbang. Lebih kepada ngondek. Kalau tidak percaya silahkan lihat saja, pokoknya.. ih gak banget. Haha
Sampai di terminal Solo, saya harus berganti angkutan. Di bis kedua ini ada pengamen yang suaranya lumayan dan lagu yang dimainkan apik. Dah ya, bye.. saya mau dengerin dulu. Nanti kita cerita lagi tentang hari ini..
Komentar
Posting Komentar